BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Pekerjaan sosial adalah aktivitas kemanusiaan yang sejak
kelahirannya sekian abad yang lalu telah memiliki perhatian yang mendalam pada
pemberdayaan masyarakat, khususnya masyarakat yang lemah dan kurang beruntung (disadvabtaged groups), seperti orang
miskin, orang dengan kecacatan, dan komunitas adat terpencil, Prinsip-prinsip
pekerjaan sosial, seperti ‘menolong orang agar mampu menolong dirinya sendiri’ (to help people to help them selves),
‘penuan nasib sendiri’ (self
determination), ‘bekerja dengan masyarakat’ (working with people), dan ‘bekerja untuk masyarakat’ (working for people), menunjukkan bahwa
pekerjaan sosial memiliki komitmen yang kuat terhadap pemberdayaan masyarakat.
Pelaksanaan pembangunan sarana prasarana Publik merupakan
salah satu pekerjaan sosial yang telah dilakukan oleh pemerintah, namun
pembangunan yang berorientasi perspektif pertumbuhan yang dikombinasikan dengan
kebijakan yang berorientasi stabilitas kekuasaan telah melahirkan pelaksanaan
pembangunan yang sentralistik dan top
down, Dalam pelaksanaannya kebijakan sosial juga telah melahirkan dominasi
Negara di satu pihak dan marginalisasi masyarakat dipihak lain, terutama dalam
proses pengambilan keputusan dan pengelolaan pembangunan, Walaupun secara makro
kebijakan ini dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi, tetapi secara mikro
ternyata kurang menyentuh peningkatan taraf hidup lapisan bawah, bahkan
menimbulkan kesenjangan.
Kesenjangan tersebut dilihat sebagai akibat dari hasil
pembangunan yang kurang menyentuh kepentingan masyarakat pada tingkat bawah,
Hal itu merupakan akibat dari marginalisasi masyarakat sehingga menciptakan
kelompok lemah dan ketidak berdayaan yaitu kelompok-kelompok yang mengalami
diskriminasi dalam suatu masyarakat, seperti masyarakat kelas ekonomi rendah,
kelompok minoritas etnis, wanita, populasi lanjut usia, masyarakat dengan
tingkat pendidikan rendah, serta masyarakat pada daerah tepencil adalah
orang-orang yang mengalami ketidak berdayaan.
Sennet dan Cabb (1972) dan Conway (1979) mengatakan bahwa
ketidak berdayaan ini disebabkan oleh beberapah factor seperti: ketiadaan
jaminan ekonomi, ketiadaan pengalaman dalam arena politik, ketiadaan akses
terhadap informasi, ketiadaan dukungan financial, ketiadaan
pelatihan-pelatihan, dan adanya ketegangan fisik dan emosional.
Namun oleh karena penyebab marginalisasi masyarakat yang
menjadi sumber masalah tidak terangkatnya masyarakat lapisan bawah adalah
faktor utama ketidakberdayaan maka pendekatan yang kemudian banyak digunakan
oleh perspektif ini adalah pemberdayaan masyarakat, Ketidak berdayaan tersebut
diwujudkan dalam bentuk kurangnya wewenang masyarakat dalam pengambilan
keputusan dan kurangnya kapasitas untuk mengelola pembangunan secara mandiri,
Dengan demikian dua unsur penting dalam pemberdayaan adalah desentralisasi dan
pengembangan kapasitas, Keduannya merupakan dua hal yang tidak bisa dipisahkan,
Desentralisasi berarti to give power or
authority, sementara pengembangan kapasitas berarti to give ability, keduannya merupakan dua konsep penting pengertian
konvensional pemberdayaan (wrihatnolo dan Dwidjowijoto, 2007: 115).
Pembangunan yang merupakan salah satu wujud nyata dalam
upaya pemberdayaan masyarakat yang tentunya dengan mengunakan kriteria Stakeholder, kajian pembangunan
masyarakat dapat dibedakan dalam fokus perhatian pembangunan masyarakat yang
diselenggarakan oleh negara, masyarakat dan dunia usaha atau swasta.
Konsentrasi pembangunan masyarakat yang diselenggarakan negara dapat
mencurahkan perhatiannya pada kebijakan-kebijakan dan program-program pembangunan
masyarakat, lembaga penyelenggara baik departemental, lintas departemen dan
nondepartemen. Walaupun konsentrasinya berbeda, tetapi pada prinsipnya
pembangunan masyarakat pada sektor apapun mengandung keempat unsur yang menjadi
kerangka dasarnya yaitu sebagai proses perubahan, menciptakan hubungan serasi
antara kebutuhan dan sumber daya, pengembangan kapasitas dan bersifat
multidimensi.
Pembangunan infrastruktur merupakan bagian integral dari
pembangunan nasional dan roda penggerak pertumbuhan ekonomi, Infrastruktur juga
mempunyai peran yang penting dalam memperkukuh persatuan dan kesatuan bangsa
serta diyakini sebagai pemicu pembangunan suatu kawasan, Berbagai upaya telah
dilakukan oleh pemerintah untuk menyediakan fasilitas dan layanan infrastruktur
yang berkualitas, baik dalam bentuk pengaturan dengan kerangka regulasi maupun
rehabilitasi dan peningkatan kapasitas dan fasilitas infrastruktur yang rusak,
serta pembangunan baru melalui program pemberdayaan, kerangka investasi dan
pelayanan umum.
Dan oleh karena itu pemerintah diharapkan dapat
menghadirkan ide-ide yang kreatif dan inovatif yang dapat meningkatkan
pelaksanaan pembangunan terutama pada desa-desa terpencil yang sangat
membutuhkan bantuan serta uluran tangan dari pemerintah yang selama ini terisolir
dan tidak mendapatkan fasilitas hidup yang memadai, seperti penerangan dan
sumber air bersih untuk kegiatan kehidupan sehari-harinya.
Masyarakat di Kecamatan Kalumpang adalah salah satu
cerminan masyarakat yang kehidupannya tertinggal, terpencil dan terisolir
dibanding dengan masyarakat didaerah lainnya dikarenakan beberapa faktor antara
lain:
1.
Keadaan
geografis yang sulit untuk dijangkau karena berada pada daerah pegunungan dan
terletak diujung kabupaten mamuju sehingga sulit untuk mendapatkan info tentang
keberadaanya. Dan antara desa yang satu dengan yang lainnya di pisahkan oleh
aliran sungai sehingga masyarakat sekitar menggunakan katingting (perahu
tradisonal masyarakat) untuk dapat menujuh ke desa tertentu dimana aliran
sungai tersebut cukup deras sehingga dapat menghambat dan mengancam nyawa
masyarakat yang melintas
2.
Akses
transportasi yang kurang layak untuk ditempuk karena kondisi jalan yang sulit
untuk dilalui dan beberapah jalan antara desa hanya dapat ditemput dengan
beberapah kendaraan tertentu seperti motor dan perahu, dikarenakan kondisi
jalan yang kecil hanya berupah jalan setapak, berlumpur, dan berada pada tepi
jurang yang dapat mengancam nyawa para pengguna jalannya.
3.
Tidak
adanya akses komunikasi yang dapat digunakan untuk berhubungan dengan
pemerintah dan masyarakat setempat, sehingga untuk mendapatkan informasi
tentang keadaan masyarakat dikecamatan kalumpang harus datang secara langsung
kedaerah tersebut, akibatnya informasi dari dalam dan dari luar daerah amat
sulit untuk didapatkan.
4.
Tingkat
pendidikan masyarakat yang relatif rendah, dikarenakan kurangnya pembangunan
sekolah dan tenaga pengajar yang dirasa sangat berperan penting dalam
peningkatan sumber daya manusia yang ada disana, selain itu opini masyarakat
yang menganggap bahwah pendidikan bukanlah sesuatu yang penting juga ikut
menjadi penghambat dalam peningkatan pendidikan masyarakat, sehingga anak-anak
mereka lebih sering diarahkan untuk membantu para orang tuanya disawah, dikebun
ataupun dsungai tempat orang tua mereka mencari nafka.
Faktor-faktor tersebutlah yang
menyebabkan tertinggal, terisolir dan terpencilnya Kecamatan Kalumpang sehingga
kurang terjangkau oleh penyelenggaraan pembangunan oleh pemerintah terutama
pada aspek infrastruktur sosial yang mencakup hidup masyarakat yaitu pengadaan
penerangan berupah listrik dan penyediaan sumber air bersih, dimana pada kenyataannya
infrastruktir inilah yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat di manapun, demi
kelangsungan hidup dan perkembangannya karena dengan adanya fasilitas tersebut
masyarakat dapat merasakan kehidup yang lebih layak apalagi dizaman yang modern
ini teknologi informasi merupakan hal yang wajib dipelajari oleh masyarakat,
dan dengan adanya sumber air bersih yang dapat dengan mudah diakses oleh
masyarakat diharapkan pola hidup dan kesehatan masyarakat dapat lebih meningkat
lagi.
Untuk merealisasikan tujuan diatas maka
pemerintah baik itu dari pemerintah pusat dan dari pemerintah daerah dirasa
perlu untuk membuat dan menghadirkan beberapah program pemberdayaan yang dapat
membangun infrastruktur yang sangat penting bagi masyarakat tersebut,
diantaranya Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri (PNPM Mandiri) dan
beberapah program lainnya yang dapat mendorong dan memacuh terjadinya
pembangunan fasilitas publik yang dapat menolong kehidupan masyarakat menjadi
lebih baik lagi.
Mulai tahun 2008 PNPM Mandiri Pedesaan (PNPM MP) diperluas
dengan melibatkan Program Pengembangan Infrastruktur Sosial Ekonomi Wilayah
(PISEW) untuk mengintegrasikan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi dengan daerah
sekitarnya, PNPM Mandiri diperkuat dengan berbagai program pemberdayaan masyarakat
yang dilaksanakan oleh berbagai departemen/sektor dan pemerintah daerah,
Pelaksanaan PNPM Mandiri 2008 juga akan diprioritaskan pada desa-desa
tertinggal. Dengan pengintegrasian berbagai program pemberdayaan masyarakat ke
dalam kerangka kebijakan PNPM Mandiri, cakupan pembangunan diharapkan dapat
diperluas hingga ke daerah-daerah terpencil dan terisolir. Efektivitas dan
efisiensi dari kegiatan yang selama ini sering berduplikasi antar proyek
diharapkan juga dapat diwujudkan.
Dimana pada dasarnya program ini bertujuan untuk
menyediakan segala hal yang dibutuhkan oleh masyarakat tetapi juga turut serta
datang, tinggal, mempelajari hidup masyarakat, memfasilitasi masyarakat untuk
membangun daerahnya, dan memberikan arahan serta mengadakan evaluasi terhadap
segalah aktivitas yang telah mereka laksanakan, sehingga apa yang mereka
lakukan dapat terarah dengan baik sesuai dengan apa yang direncanakan. Dimana
untuk kelancaran program tersebut dibutuhkan kerjasama dengan masyarakat
setempat, para pemangkuh adat/tokoh masyarakat, perangkat daerah dan tentunya
pemerintah daerah setempat untuk memberikan informasi dan segalah hal yang
dibutuhkan dalam pelaksanaan program tersebut.
Atas dasar pemikiran inilah maka peneliti pun tertarik
melakukan penelitian dengan mengambil judul “IMPLEMENTASI PROGRAM NASIONAL
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PEDESAAN (PNPM MP) DI KECAMATAN KALUMPANG
KABUPATEN MAMUJU” Provinsi Sulawesi Barat.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah dan melihat luasnya
cakupan masalah di atas, maka penulis mengganggap penting memberikan batasan
masalah sebagai bahan penelitian yaitu:
1.
Bagaimana Implementasi Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat
Mandiri Pedesaan (PNPM MP) dalam bidang Pembangunan Sarana Prasarana
Publik di Kecamatan Kalumpang Kabupaten
Mamuju?
2.
Faktor-faktor apa yang mempengaruhi implementasi Program Nasional Pemberdayaan
Masyarakat Mandiri Pedesaan (PNPM MP) dalam bidang pembangunan Sarana Prasarana Publik di
Kecamatan Kalumpang Kabupaten Mamuju?
1.3. Tujuan dan Mamfaat Penelitian
1.3.1 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari hasil penelitian yang hendak dicapai
adalah :
a.
Untuk menggambarkan dan menjelaskan Implementasi Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri
Pedesaan (PNPM MP) dalam bidang
pembangunan Sarana Prasarana Publik di Kecamatan Kalumpang.
b.
Untuk
mengetahui dan menjelaskan Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pelaksanaan
Implementasi Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Pedesaan (PNPM
MP) dalam bidang pembangunan Sarana Prasarana Publik di Kecamatan Kalumpang
Kabupaten Mamuju.
1.3.2 Mamfaat Penelitian
Ada beberapa manfaat yang bisa
didapatkan dari hasil penelitian ini yang dapat membantu peneliti maupun unsur
yang terkait didalamnya, yakni :
a.
Manfaat Akademis :
·
Sebagai pelengkap bahan
studi ilmu pemerintahan tentang gambaran langsung
pelaksanaan pembangunan fasilitas publik oleh Program Nasional Pemberdayaan
Masyarakat Mandiri (PNPM Mandiri) milik pemerintahan dalam beberapa daerah yang
tergolong terpencil dan terisolir di Indonesia.
·
Sebagai bahan perbandingan
bagi mahasiswa yang konsen terhadap ide atau pemikiran tentang pelaksanaan
program pemberdayaan masyarakat oleh pemerintahan, serta bentuk pengambilan
kebijakan dalam pelaksanaan pembangunan di masyarakat.
b.
Manfaat Praktis :
·
Sebagai bahan masukan atau bahan pertimbangan dalam
membuat kebijakan
atau program kerja dalam pengembangan
pemerintahan daerah terkhusus bagi mahasiswa dalam bidang ilmu pemerintahan.
·
Sebagai masukan bagi pemerintah dalam menjalankan peran serta
fungsinya
sebagai pelaksana pembangunan fasilitas layanan sipil yang ada untuk
masyarakat.
1.4.
Kerangka
Konseptual
Keberhasilan suatu pembangunan Desa
harus senantiasa beriringan dengan bagaimana menggalang keterpaduan antara pemerintah
dan masyarakat untuk melaksanakan pembangunan
Program PNPM Mandiri Pedesaan adalah
upaya penanggulangan kemiskinan yang melibatkan unsur masyarakat, mulai dari
tahap perencanaan, pelaksanaan, hingga pemantauan dan evaluasi, Melalui proses
pembangunan partisipatif, kesadaran kritis dan kemandirian masyarakat, terutama
masyarakat miskin, dapat ditumbuh kembangkan sehingga mereka bukan sebagai
obyek melainkan sebagai subyek upaya penanggulangan kemiskinan.
Program pemerintah tersebut dilaksanakan
dengan memamfaatkan tingkat partisipasi dari masyarakat, perangkat daerah dan
pemerintah daerah setempat, untuk dapat saling berkoordinasi dalam pelaksanaan
kegiatan tersebut, sehingga nantinya akan muncul rasa memiliki dan bertanggung
jawab dari masyarakat dan pemerintah daerah untuk merawat dan menjaga apa yang
telah mereka bangun.
Hal ini
disebabkan karena beberapa faktor yang mempengaruhi yakni faktor internal
berupa kesadaran/kemauan masyarakat dalam diri, tingkat pendidikan masyarakat,
dan pendapatan atau penghasilan masyarakat. Serta faktor eksternal berupa
kepemimpinan/peran pemerintah desa dalam mengarahkan masyarakat, keadaan
geografis serta fasilitas yang tersedia.
Untuk
mempermudah memahami beberapa hal pokok yang dijadikan landasan berfikir dalam
penelitian ini, penulis dapat menyajikan dalam bentuk skema kerangka
konseptual, yaitu sebagai berikut :
Gambar
1.1
Kerangka
Konseptual Penelitian
1.5.
Metode
Penelitian
1.5.1 Tipe dan Dasar Penelitian
a.
Tipe penelitian yang digunakan adalah tipe penelitian
deskriptif yaitu suatu penelitian yang bertujuan untuk memberikan gambaran atau
penjelasan tentang pengadaan infrastruktur publik oleh PNPM Mandiri Pedesaan,
di Kecamatan Kalumpang Kabupaten Mamuju.
b.
Dasar penelitian adalah wawancara dan survey yaitu metode
penelitian dengan cara mengumpulkan data
melalui daftar pertanyaan dari
sejumlah responden yang dianggap mewakili seluruh populasi.
1.5.2. Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan selama kurang
lebih satu bulan dengan lokasi penelitian adalah di Kecamatan Kalumpang,
Kabupaten Mamuju, Provinsi Sulawesi Barat.
Dengan mengambil 3 Desa dari 13 desa yang berada
dikecamatan kalumpang yaitu Desa Kalumpang, Desa Tumonga dan Desa Karama
sebagai populasi Penelitian.
1.5.3. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini data-data yang diambil dapat
digolongkan menjadi dua bagian yaitu data sekunder dan data primer. Data
sekunder adalah data yang bersumber dari kepustakaan (library Study), sedangkan
data primer adalah data yang bersumber dari studi lapang (Field Research).
1. Data primer adalah Data yang diperoleh dari hasil :
a.
Teknik interview
atau wawancara yaitu melakukan wawancara baik secara mendalam maupun secara
bebas kepada subjek penelitian dengan
menggunakan daftar pertanyaan.
b.
Teknik Observasi
yaitu dengan melakukan pengamatan langsung untuk mengumpulkan data tentang pelaksanaan pembangunan yang
terjadi.
c. Kuesioner
Yaitu dengan mengedarkan daftar pertanyaan kepada sejumlah responden yang telah
ditentukan untuk mendapatkan jawaban atas sejumlah pertanyaan yang berkaitan
dengan objek penelitian.
2. Data sekunder
Data diperolah
melalui studi pustaka (Library Search) yaitu
mengambil data dari sejumlah buku, literatur, internet, dokumentasi maupun
perundang-undangan, dokumen yang sudah ada, seperti Kabupaten
Mamuju. Dalam Angka BPS, dan Profil Kecamatan
Kalumpang, pedoman umum PNPM mandiri, dokumen desa tentang pelaksanaan program
pemberdayaan, dan beberapa data penting lainnya.
1.5.4. Populasi dan Sampel Penelitian
a.
Populasi
Mengingat fokus dari penelitian ini
adalah bagaimana pelaksanaan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri
(PNPM Mandiri) khususnya di Kecamatan Kalumpang, maka yang menjadi Populasi
dalam penelitian
ini adalah masyarakat yang berada di Kecamatan Kalumpang Kabupaten Mamuju.
b.
Sampel
Teknik penarikan sampel
dalam penelitian ini dilakukan secara “Purposive
Sampling” dengan harapan bahwa informan dan responden yang dipilih mewakili
populasi. Dimana dalam pemilihan sampel berdasarkan pada karakteristik tertentu
yang dianggap mempunyai sangkut-paut dengan karakteristik populasi yang sudah
diketahui sebelumnya serta dianggap mampu memberikan informasi dan data-data
yang akurat.
ü Informan
a)
Camat kalumpang, Kabupaten Mamuju
b)
Sekretaris kecamatan kalumpang
c)
Kepala
desa tempat pelaksanaan program pemberdayaan, sebanyak 3 orang
d)
Pelaku PNPM MD
1.
Fasilitator Provinsi Sul-Bar
2.
Fasilitator Kabupaten Mamuju
3.
Penanggung Jawab Operasional Kegiatan (PJOK)
Kecamatan Kalumpang
4.
Badan Pengawas Unit Pengelola Kegiatan
(BP-UPK)
5.
Badan Kerja Sama Antar Desa (BKAD)
6.
Fasilitator Kecamatan
7.
Fasilitator Teknik
8.
Unit Pengelolah Kegiatan (UPK)
9.
Fasilitator Desa
10.
Tim Pengelolah Kegiatan (TPK)
11.
Tim Pemelihara
e)
Kepala Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM)
Kecamatan Kalumpang.
ü Responden,
terdiri dari :
1)
pemuka masyarakat/Tokoh Masyarakat, sebanyak 4 orang
2)
kalangan pendidik , sebanyak 4 orang
3)
kalangan agama, sebanyak 2 orang
4)
kepala keluarga (masyarakat), sebanyak 24 orang
Jadi
jumlah keseluruhan informan adalah 25 orang dan responden sebanyak 34 orang.
1.5.5. Analisis Data
Tahap selanjutnya setelah pengumpulan dan
penggalian informasi atau data adalah tahap analisis data. Dalam penelitian
ini, analisis terhadap data menggunakan desain analisis atau pendekatan
kualitatif yaitu dengan menguraikan dan menjelaskan hasil-hasil penelitian dari
sejumlah data yang telah diperoleh dari informan dan responden, yang tentunya
telah diperoleh melalui wawancara dan
observasi, yang didukung pula oleh data kuantitatif
melalui pembagian kuesioner.
1.5.6 Definisi Operasional
Untuk memberi suatu pemahaman, agar
memudahkan penelitian, maka perlu adanya beberapa batasan penelitian dan fokus
penelitian ini yang dioperasionalkan melalui beberapa indikator serta perlunya identifikasi dan definisi terhadap
variabel-variabel yang akan diteliti, sebagai berikut :
1)
Implementasi
Pembangunan Sarana Prasarana Publik yang dimaksud adalah pelaksanaan
Pembangunan Sarana
Prasarana atau Infrastruktur publik yang dibutuhkan oleh
masyarakat dalam menjalankan siklus kehidupan bermasyarakat
dan untuk pemerintah daerah setempat dalam menjalankan proses pemerintahan yakni,
ü Sumber
Pembangkit Listrik
a.
Turbin dan
b.
Generator set (Genset)
ü Sumber
Air Bersih, (Bak
Penampungan Air)
2)
Pemberdayaan masyarakat adalah upaya untuk menciptakan/
meningkatkan kapasitas masyarakat, baik secara individu maupun berkelompok, dalam memecahkan
berbagai persoalan terkait upaya peningkatan kualitas hidup, kemandirian, dan
kesejahteraannya.
3)
PNPM
Mandiri Pedesaan adalah program nasional dalam wujud kerangka kebijakan sebaga
dasar dan acuan pelaksanaan program penanggulangan kemiskinan berbasis
pemberdayaan masyarakat. Ada pun indikator yang mempengaruhi kinerja
implementasi program pemberdayaan (PNPM Mandiri Pedesaan) menurut teori Merilee
S. Grindle ( 1995 ) :
1.
Kepentingan
kelompok sasaran atau target groups
termuat dalam isi kebijakan oleh karenanya masyarakat diharapkan dapat
berpartisipasi dalam setiap proses perencanaan yang dilaksanakan oleh PNPM Mandiri
Pedesaan.
2.
Jenis
manfaat yang diterima oleh target group.
apakah letak sebuah program sudah tepat sesuai dengan apa yang dibutuhkan oleh
masyarakat banyak, dan sesuai dengan potensi yang ada.
3.
Derajat
perubahan yang diharapkan dari sebuah kebijakan, untuk mengetahui sejauh mana
pencapaian tujuan pelaksanaan program yang telah drencanakan.
4.
Letak
pengambilan keputusan, yaitu bagaimana mekanisme pengambilan keputusan serta
tindakan yang dilakukan oleh pelaksana program.
5.
Dukung
oleh sumber daya yang dilibatkan. Implementasi kebijakan perlu dukungan sumber
daya baik sumber daya manusia (human resources) maupun sumberdaya non-manusia
(non-human resourse).
4)
Faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan pembangunan
dalam hal ini adalah hal-hal yang secara langsung maupun tidak langsung
mempengaruhi pelaksanaan pembangunan dalam program pemberdayaan masyarakat
(PNPM Mandiri Pedesaan), baik itu berasal dari dalam masyarakat (faktor
internal) maupun yang berasal dari luar (faktor eksternal). yaitu sebagai
berikut :
1. faktor internal
Ø Faktor kesadaran masyarakat
Ø Tingkat pendidikan masyarakat
Ø Tingkat pendapatan atau penghasilan masyarakat
2. faktor eksternal
Ø
Peran serta pemerintah daerah
Ø
Kondisi
Geografis Wilayah
Ø Fasilitas atau peralatan
No comments:
Post a Comment