TEORI
MODERNISASI :
PEMBANGUNAN
SEBAGAI MASALAH INTERNAL
I. Pembagian Kerja Secara Internasional
Teori pembagian kerja secara internasional adalah
merupakan salah satu teori yang sangat penting dalam menentukan suatu kebijakan
perdagangan luar negeri suatu wilayah atau negara. Pada dasarnya teori ini
menyatakan tentang beberapa hal mengenai pembagian kerja untuk menetukan suatu
kebijakan perdagangan suatu daerah, yaitu :
1. Bahwa setiap negara harus melakukan spesialisasi
produksi sesuai dengan keuntungan kompratif yang dimilikinya.
2. Bahwa Perdagangan internasional harus menguntungkan
semua pihak.
Dengan adanya dua hal tersebut diatas maka pembangunan
yang baik menurut teori ini adalah pembangunan yang meleburkan diri kedalam
kegiatan ekonomi dunia, karena pada dasarnya negara-negara yang ada saling
bergantung, dan akan lebih menguntungkan bila negara-negara saling mengisi
kelemahan yang ada.
II. Teori Modernisasi
Berdasarkan pada teori pembagian kerja secara
internasional, maka secara umum di dunia ini terdapat dua kelompok negara,
yaitu kelompok negara yang memproduksi hasil pertanian dan kelompok negara yang
memproduksi barang industri. Pada kedua kelompok negara ini terjadi hubungan
dagang dan keduanya menurut teori diatas saling menguntungkan. Tetapi setelah
beberapa puluh tahun kemudian, muncul suatu permasalahan bahwa neraca
perdagangan kedua kelompok negara ini berbeda, yang dimana negara yang
memproduksi barang industri mendapatkan keuntungan yang besar dan semakin kaya
sedangkan negara yang memproduksi hasil pertanian mendapatkan hasil yang kurang
menguntungkan dan lebih tertinggal (miskin). Dari permasalahan diatas maka
muncul beberapa teori modernisasi yang dikemukakan oleh beberapa ahli, yang
menjelaskan tentang kemiskinan disebabkan oleh beberapa faktor yang terdapat di
dalam negara tersebut. Beberapa teori yang tergolong kedalam kelompok teori
modernisasi yaitu :
1. Teori Harrod – Domar : Modal dan Investasi
Roy Harrod dan Evsey Domar adalah ahli ekonomi yang berbicara tentang teori
ekonomi pembangunan yang menekankan pada penyediaan modal dan investasi. Mereka
berkesimpulan bahwa pembangunan akan berhasil dan terlaksana dengan baik jika
pertumbuhan ekonomi ditentukan oleh tingginya modal dan investasi.
2. Teori Max Weber : Etika Protestan
Max Weber adalah seorang sosiolog jerman yang dianggap bapak sosiolog
modern. Teori Max Weber menekankan tentang nilai-nilai budaya yang menjelaskan
tentang peran agama dalam pembentukan kapitalisme. Peran agama yang dikemukakan
disini mempunyai peran yang menentukan dalam mempengaruhi tingkah laku
individu. Kalau nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat dapat diarahkan kepada
sikap yang positif terhadap pertumbuhan ekonomi, maka proses pembangunan dalam
masyarakat dapat terlaksana.
3. Teori David McCleland : Dorongan Berprestasi atau
n-Ach
David McCleland adalah seorang ahli psikologi sosial. Teori ini menekankan
pada aspek-aspek psikologi individu. Bagi McCleland, dengan mendorongnya proses
pembangunan berarti membentuk manusia wiraswasta dengan n-Ach yang tinggi.
Kalau manusia wiraswasta ini dapat dibentuk dalam jumlah yang banyak, maka
proses pembangunan dalam masyarakat tersebut dapat terlaksana dengan baik.
4. Teori W.W. Rostow : Lima Tahap Pembangunan
W.W. Rostow adalah seorang ahli ekonomi, perhatiannya bukan hanya pada
masalah ekonomi dalam arti sempit tetapi juga meluas pada masalah sosiologi
dalam proses pembangunan, meskipun titik berat analisisnya masih tetap pada
masalah ekonomi. Bagi Rostow sendiri pembangunan merupakan proses yang bergerak
dalam sebuah garis lurus, yakni dari masyarakat yang terbelakang ke masyarakat
yang maju. Untuk menuju ke proses ini maka rostow membaginya menjadi lima
tahap, yaitu :
a. Masyarakat tradisional
Perlunya penguasaan ilmu pengetahuan agar kehidupan
dan kemajuan masyarakat dapat berkembang.
b. Prakondisi untuk lepas landas
Proses ini memerlukan adanya campur tangan dari luar
atau masyarakat yang sudah maju. Dengan campur tangan dari luar ini maka mulai
berkembang ide pembaharuan.
c. Lepas landas
Periode ini akan ditandai dengan tersingkirnya
hambatan-hambatan yang menghalangi proses pertumbuhan ekonomi.
d. Bergerak ke kedewasaan
Periode ini ditandai perkembangan industri yang sangat
pesat dan memantapkan posisinya dalam perekonomian global. Barang-barang yang
tadinya di inpor, sekarang dapat diproduksi di dalam negeri. Yang diproduksikan
bukan hanya terbatas pada barang konsumsi tetapi juga barang modal.
e. Jaman konsumsi masal yang tinggi
Pada periode ini konsumsi tidak lagi terbatas pada
kebutuhan pokok untuk hidup, tetapi akan meningkat ke kebutuhan yang lebih
tinggi. Produksi industri akan berubah, dari kebutuhan dasar menjadi kebutuhan
barang konsumsi yang tahan lama. Pada titik ini pembangunan sudah merupakan
sebuah proses yang berkesinambungan, yang bisa menopang kemajuan secara terus
menerus.
Selain itu juga teori Rostow menekankan pada aspek-aspek non ekonomi untuk
menuju ke proses lepas landas. Baginya untuk menuju ke proses lepas landas
harus memenuhi tiga kondisi yang saling berkaitan, yaitu :
a. Peningkatan investasi pada sektor produktif
b. Pertumbuhan satu atau lebih sektor manukfaktur yang
penting dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi.
c. Perlunya lembaga-lembaga politik dan sosial yang
bisa memanfaatkan berbagai dorongan gerak ekspansi dari sektor ekonomi modern
dan akibat yang mungkin terjadi terjadi dengan adanya kekuatan-kekuatan ekonomi
dari luar sebagai hasil dari lepas landas, disamping itu juga lembaga-lembaga
ini bisa membuat pertumbuhan menjadi sebuah proses berkesinambungan.
Dengan memperhatikan tiga kondisi ini, maka tahap lepas landas dan kemudian
tahap konsumsi masal yang tinggi akan tercapai.
5. Teori Bert. F. Hoselitz : Faktor-Faktor Non Ekonomi
Teori Hoselitz membahas tentang faktor-faktor non ekonomi yang ditinggalkan
oleh Rostow. Teorinya menekankan pada perlunya lembaga-lembaga yang diperlukan
menjelang lepas landas. Menurut Hoselitz masalah utama pembangunan bukan hanya
sekedar masalah kekurangan modal, tetapi ada masalah lain yang juga sangat
penting yakni adanya ketrampilan kerja tertentu, yang termasuk didalamnya
tenaga wiraswata yang tangguh. Hoselitz berfikir bahwa, dibutuhkan perubahan
kelembagaan pada masa sebelum lepas landas, yang akan mempengaruhi pemasukan
modal menjadi lebih produktif. Perubahan kelembagaan ini akan menghasilkan
tenaga wiraswasta dan administrasi, serta ketrampilan teknis dan keilmuan yang
dimiliki. Oleh karena itu, bagi Hoselitz pembangunan membutuhkan pemasukan dari
beberapa unsur, yaitu :
a. Pemasokan modal besar dan perbankan
Dibutuhkan lembaga-lembaga yang bisa menggerakan
tabungan masyarakat dan menyalurkannya ke kegiatan yang produktif. Ia
menyebutkan lembaga perbankanlah yang lebih efektif. Tanpa lembaga-lembaga
seperti ini, maka modal besar yang ada sulit dikumpulkan sehingga bisa menjadi
sia-sia dan tidak menghasilkan pembangunan.
b. Pemasokan tenaga ahli dan terampil
Tenaga yang dimaksud adalah tenaga kewiraswataan,
administrator profesional, insinyur, ahli ilmu pengetahuan, dan tenaga
manajerial yang tangguh. Disamping itu juga perlu di dukung dengan perkembangan
teknologi dan sains yang harus sudah melembaga sebelum masyarakat melakukan
lepas landas.
6. Teori Alex Inkeles dan David. H. Smith : Manusia
Modern
Teori Alex Inkeles dan David Smith menekankan tentang lingkungan material
dalam hal ini lingkungan pekerjaan. Teori pada dasarnya berbicara tentang
pentingnya factor manusia sebagai komponen penting penopang pembangunan dalam
hal ini manusia modern. Kedua tokoh ini mencoba memberikan ciri-ciri dari
manusia modern, seperti : keterbukaan terhadap pengalaman dan ide baru,
berorientasi ke masa sekarang dan masa depan, punya kesanggupan merencanakan,
percaya bahwa manusia bisa menguasai alam. Keduanya beranggapan, bahwa
bagaimanapun juga manusia bisa diubah secara mendasar setelah dia menjadi
dewasa, dan karena itu tidak ada manusia yang tetap menjadi tradisional dalam
pandangan dan kepribadiannya hanya karena dia dibesarkan dalam sebuah
masyarakat yang tradisional. Artinya, dengan memberikan lingkungan yang tepat,
setiap orang bisa diubah menjadi manusia modern setelah dia mencapai dewasa.
Dari hasil penelitiannya, mereka berkesimpulan bahwa pendidikan adalah yang
paling efektif untuk mengubah manusia dan pengalaman kerja dan pengenalan
terhadap media massa. Penemuan ini juga mendukung pendapat Daniel Lerner yang
menekankan pentingnya media massa sebagai lembaga yang mendorong modernisasi.
Perbedaan yang ada pada macam-macam teori yang ada
diatas hanya merupakan perbedaan penekanan aspek yang dianggap penting, baik
dalam menciptakan manusia yang akan membangun maupun dalam mempersiapkan sarana
material untuk pembangunan itu sendiri. Tetapi pada dasarnya, inti dari
teori-teori ini adalah sama.
Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan dari
persoalan mengenai mengapa ada Negara-negara yang tertinggal (miskin). Bagi
teori modernisasi cukup jelas, bahwa negara-negara tersebut belum maju atau
masih bersifat tradisional atau belum berhasil lepas landas karena baik
orang-orangnya maupun nilai-nilai yang hidup di masyarakat tersebut belum
modern sehingga tidak menopang pembangunan. Maka dari itu, untuk menanggulangi
permasalahan ini perlu diperkenalkan nilai-nilai yang rasional dan sarana atau
lembaga modern untuk menopang proses pembangunan. Demi maksud ini maka perlu
campur tangan dan dukungan dari Negara-negara yang sudah maju atau modern.
daftar pustaka
Garna, Y. K. (1999). Teori
Sosial dan Pembangunan Indonesia: Suatu Kajian melalui
Diskusi. Bandung: Primaco Academika.
Hettne, B. (2001). Teori
Pembangunan dan Tiga Dunia. Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama.
Suwarsono, & So, A. Y.
(1991). Perubahan Sosial dan Pembangunan di Indonesia. Jakarta:
No comments:
Post a Comment